Covid yang Mengubah Dunia (part 2)

Gw tuh sering merenung ya, betapa banyaknya perubahan yang terjadi di tahun ini. Perubahan di dunia ini karena covid, di keluarga gw juga karena satu dan lain hal. Beberapa hal yang tidak pernah kita pikirkan, beberapa hal yang datang tiba-tiba, dan kita tidak bisa apa-apa selain menelan semua perubahan ini.

Betapa banyak bisnis yang terimbas Covid, kalo gw boleh bilang.. salon, gym, travel agent, restaurant, wedding vendors, bioskop.. Kebetulan gw punya semua temen yang bergerak di bidang yang gw sebutkan tadi – kecuali bioskop. Gw tau ini pasti berat buat mereka. Kalau restoran mungkin masih bisa takeaway dan gojek ya, tapi bagaimana dengan travel agents? Mereka harus siap dengan kenyataan tidak adanya kegiatan travelling keluar negeri mungkin setahun penuh atau lebih. Bagaimana dengan pesawat? Pasti berat bayar gaji pegawai dan operasional sementara flightnya sangat berkurang. Bagaimana dengan wedding vendors seperti penyanyi dan MC? Kemungkinan mereka tidak nge job sama sekali di 6 bulan Covid kemarin. Bagaimana dengan guru les renang anakku yang kuliburkan les nya sejak 8 bulan lalu? Bagaimana dengan tempat les musik anakku yang juga kuliburkan les nya?

Semakin di list semakin panjang. Walaupun gw berempati sana sini, tapi sejujurnya not much I can do. Gw cuman bisa beli siomay dan makanan apapun yang dijual si guru les renang, I’m trying to help. Gw beli juga roti yang dijual disainer baju pesta langganan nyokap. Setiap ada teman yang menawarkan PO jual makanan, kalo gw suka makanannya, gw akan pesan. They are all trying to survive. We are all trying to survive this pandemic. Tapi gw tau, gw ga bisa bantu semua orang. Kita pun gatau masa depan kita sendiri gimana.

Kerjaan misua so far baik-baik saja – puji Tuhan – tapi kita sungguh gatau yah tahun depan bagaimana. Kerjaan gw sendiri – yang web tentu berkurang ya – jarang ada yang mau bikin website di situasi tidak pasti ini. Yang bikin kartu ucapan juga tentu berkurang, karena ga ada events birthday dan anak-anak juga sekolah dari rumah. Tapi anehnya (untungnya) gw dapat order yang lain, yaitu: bikin logo jualan makanan. Banyak emak-emak yang tiba-tiba semangat menjual hasil masakannya dan butuh logo untuk bisnis barunya ini.

Disini gw belajar ya. Kalau bisa bertahan dengan bisnis yang ada, bertahanlah. Yakinkan klien bahwa kamu mematuhi protokol kesehatan, hal ini berlaku untuk restoran dan salon. Karena soon or later, customer pasti akan datang lagi, asalkan they feel safe coming to your place. Terapkan standar kebersihan dan service yang membuat customer nyaman.

Untuk bisnis yang ‘bener-bener ga bisa’, gw appreciate mereka yang ambil jalan lain untuk bisa tetap survive. Contohnya ya itu tadi, ada 1 designer kenalan yang jualan roti, ada 1 designer lain yang jualan bakpao, ada designer lainnya yang jualan sambel. Ga perlu malu, yang penting bisa hidupin karyawan dan bertahan selama masa pandemi. Banyak yang beralih ke jualan makanan karena makanan selalu dibutuhkan ya. Dan kita bisa bantu mereka karena harga makanan tentu jauh lebih murah dibandingkan baju pesta, dan yang jelas: bisa dimakan 😀

Gw pernah dengar sebuah cerita. Mana yang lebih kuat menurutmu? Harimau atau kecoak? Semua tentu menjawab harimau. Tapi harimau adalah binatang yang hampir punah seiring tahun berlalu. Sedangkan kecoak adalah binatang yang exist sejak jaman purbakala, dan masih merajalela di rumah-rumah kita sampai hari ini. Jadi begitulah, pada akhirnya yang bertahan hidup bukanlah makhluk terkuat, tapi makhluk yang bisa beradaptasi dengan perubahan jaman.

Apakah kita bisa beradaptasi dengan perubahan jaman? Apakah kita bisa survive this 2020 crisis? I hope and pray we are all blessed with health and survive this year – and many years ahead.

Covid yang Mengubah Dunia

Gw inget tanggal 14 Maret 2020 itu adalah hari terakhir gw makan di restoran dengan santai tanpa masker. Kami makan bersama bokap nyokap di restoran seafood Tamparang, memang hampir tiap weekend kami makan bareng.

Sehari sebelumnya, nanny gw yang udah ikut 6 taon mendadak resign. Jadi hari Jumat dia pulang, trus hari itu gw sempet ke sekolah untuk terima raport mid test. Waktu itu kasus Covid sudah mulai masuk Indonesia, terutama Jakarta. Anak adik gw yang di Jakarta sudah mulai diliburkan karena ada nenek dari salah satu murid yang positif covid. Tapi Semarang masih adem ayem aja. Bahkan Jumat malam nya gw masih sempet nonton film bareng di mall sama anak-anak (13 Maret 2020). Dan kita uda mulai parno sih kalo ada orang deket-deket kita yang batuk.

Nah waktu gw terima raport itu, gw sempet bilang sama gurunya, apa ada kemungkinan sekolah akan diliburkan karena covid mulai masuk Indo? Sebab sekolah di Jakarta sudah mulai diliburkan. Gurunya sih bilang kita harap sih tidak yaa. Sungguh, waktu itu kita berdua masih bisa tertawa dan merasa Covid itu masih jauh rasanya. Mungkin Jakarta, tapi Semarang kan kota kecil yang aman.

Kenyataan itu berubah dalam 2 hari saja. Hari Minggu 15 Maret 2020 situasi berubah gawat, berita Covid mulai benar-benar intens dan terasa dekat. Sekolah mengumumkan libur dua minggu ke depan.

Awal-awal Covid, kami merasa hanya perlu mengkarantina diri di rumah selama 1 bulan kedepan. Jadi kami masih santai saja. Kemudian mulailah kami mendengar beberapa orang yang kami tau, ortunya teman, temannya ortu.. mereka meninggal karena covid. Beritanya terasa mendadak dan dekat, karena kami tau orangnya. Maklum Semarang kota kecil ya, jadi rata-rata kami saling kenal.

Kami sangat berhati-hati, jarang keluar rumah, hanya keluar kalo perlu belanja groceries dan selalu pakai masker. Karena gw dan misua takut kalo sampe menularkan ke anak kami Wesley yang punya asma, atau ke bokap yang punya riwayat jantung. Kita juga beberapa lama ga berani sama sekali ketemu ortu. Takut banget kalo ternyata kita jadi carrier (OTG). Kalo dari literasi yang gw baca kan, banyak banget anak muda yang positif covid tapi tidak menunjukkan gejala sakit, jadi gw malah tambah was-was kalo ternyata gw bawa virus tanpa gw sadar.

Nah selama karantina diri ini, mood gw tuh naik turun. Dari awalnya santai trus jadi takut dan cemas karena banyak dengar berita negatif. Trus mulai santai lagi (karena memutuskan nonton film Korea untuk melupakan stress hahaha), optimis memandang bahwa kita nikmati aja waktu-waktu di rumah ini. Gw mulai sering masak (akibat ditinggal nanny juga, biasa dia yang masakin), trus gw mulai punya hobi baru: piara indoor plants, gw rajin ikut workshop-workshop online apa aja (karena banyak yang bikin workshop via IG LIVE free).

Di titik ini gw mulai sadar, bahwa Covid ini bukan perkara 1-2 bulan, mungkin bisa setahun bahkan lebih. Gw mulai siap mental, bahwa apa yang tadinya gw kira lari sprint (“kita hanya perlu diam di rumah 3 minggu kok, sabar aja”), ternyata kita harus lari marathon (karena belom tentu juga taon depan Covid hilang). Jadi penting banget selain take care hygienitas, juga take care kesehatan mental kita.

Sudah hampir 5 bulan sejak kita #stayathome. Misua sih kerja di luar rumah, tapi gw untungnya bisa kerja di rumah aja. Sejak PSBB dibuka, mulai banyak teman-teman yang bepergian, beberapa mengajak kami pergi makan bareng – yang selalu kami tolak – maapkeun. Karena angka Covid masih naik terus tiap harinya, kami belum merasa aman untuk berkumpul dengan teman. Meski pake masker, namanya makan bareng itu kan pasti nanti lepas masker semua toh.. So far gw merasa paling aman kalo kita pergi sekeluarga aja dan kalo lepas masker ya cari tempat outdoor.

Jadi sejak awal Covid, untuk menghilangkan bosan, kadang kami keliling kota naik mobil aja. Sekedar untuk melihat suasana luar seperti apa, dan supaya anak-anak di rumah gak nonton TV mulu wkwkwk. Kadang kita beli makanan takeaway. Bahkan kadang kita ke Ungaran hanya untuk drive-through Starbucks, atau ke Salatiga hanya untuk beli makanan bawa pulang 😛 Kadang kami juga makan di mobil macem piknik di mobil 😛

Meski kami sangat jaga yah, tapi sekeliling kami sepertinya tidak juga. Misalnya my parents, sejak awal Covid mereka tiap weekend selalu makan diluar, karena katanya bosan (padahal waktu itu 3 anaknya sudah ngomelin mulu). Kadang mereka nge mall juga wkwkkw. Gw kadang bingung kita uda jaga takut nularin tapi merekanya malah jalan-jalan mulu. Uda bosen ngomelin, lama-lama gw biarin aja lah, yang penting ga ketemu teman-teman. Sebenernya teman-temannya yang pada takut n gamau ketemuan hahaha.

Jadi karena gw kasian juga ama nyokap, akhirnya beberapa waktu lalu kami makan bareng di luar untuk pertama kalinya. Gw pilih tempat outdoor supaya lebih aman, dan sengaja datang lebih awal untuk early dinner. Ternyata lumayan rame aja donkk tempatnya. Mungkin banyak yang pikirannya sama kaya gw yah. Padahal ini restoran lama dan biasanya sepiii.

Disclaimer: tulisan ini ternyata nangkring di draft gw sejak bulan Agustus, dan lupa di post. Jadi gw post yah meski agak basi hahahah. Tulisan dilanjut di postingan berikutnya yah!